Rabu, 26 Agustus 2009

JUST A JOKE "ABOUT WOMAN"

Jika Wanita diumpamakan Ikan, kategori ikan apakah yang jadi favorite anda?


~ IKAN SALMON :
Bentuknya OK, indah, dagingnya pink muda dan enak dimakan.

Tapi sayangnya mahal, soalnya masih import. Sesuai… ada nilai, ada kualitas….
INI WANITA KARIR.....


~ IKAN ARWANA :
Kalo yang ini senangnya bolak balik di aquarium memperlihatkan kesombongan dan keangkuhan karena tau tubuhnya indah, langkahnya lemah gemulai dan memancing mata nakal melihatnya di manapun dia bergaya.....

So pasti harganya mahal kalau ingin memilikinya....
INI PERAGAWATI, CELEBRITY PAPAN ATAS........



~ IKAN MAS KOKI :
Nah, ini jenis ikan lumayan mahal, indah bentuknya, warnanya, dan lenggak- lenggoknya.

Sayangnya hanya bisa dilihat, dikagumi, tak bisa dimakan, karena termasuk kategori ikan hiasan.....
INI BINI ORANG.......


~ IKAN SAPU-SAPU (SAKRAMUT) :
Jenis ini murah dan selalu nempel di kaca aquarium.

Kalo udah nempel, susah banget lepasnya.... ribeeeet...
INI CEWEK SMU, ANAK KULIAHAN......


~ IKAN LELE :
Kalo yang ini harganya murah, bisa dimakan kapan saja.

Banyak dijual di pinggir jalan, ada patilnya dan harus hati-hati
INI CEWEK PANGGILAN.......



~ IKAN TERI :
Bentuk dan rasanya begitu-begituuu... saja.

Selalu enak dimakan kalau lagi tidak ada sayur atau tidak ada lauk yang lainnya....
INI BINI SENDIRI....

Miyuki Inoue (True Story)


Miyuki Inoue membuat karangan tentang hidupnya sendiri :
Cerita yang memenangkan lomba mengarang SLB tingkat nasional jepang

Air Mata Ibu

Beratku hanya 500 gram waktu dilahirkan. Dokter yang bekerja di rumah sakit tempatku dilahirkan bercerita kalau ibu tidak bisa mendengarkan penjelasan karena matanya sudah dibanjiri air mata melihat diriku yang begitu kecil. Kelima jariku sebesar korek api. Kepalaku sebesar telur. Pinggulku sebesar jari kelingking orang dewasa.

Selama tujuh bulan aku dibesarkan dalam inkubator rumah sakit. Ibu setiap hari datang mengunjungi, tidak peduli apakah saat itu sedang turun hujan atau salju. Dia bahkan datang tanpa membawa payung. Dia mengajakku berbicara dan membelai kepalaku. Jika Ibu memberikan jarinya ke dalam inkubator, aku segera meraih dan menggenggamnya.

Sebelum Ibu datang ke rumah sakit, para suster langsung membersihkan mukaku dan megganti popokku dengan terburu-buru. Mereka benar-benar repot. Kalau ditanya mengapa, alasannya karena Ibu akan memarahi mereka kalau melihat sedikit kotoran saja dimukaku. "Kenapa mukanya kotor? Masa bersihin muka bayi saja kalian tidak bisa? Saya tahu kalian sibuk. Saya tahu kalian sibuk, tapi lakukan pekerjaan dengan baik!"

Lima bulan setelah dilahirkan, untuk pertama kalinya aku dikeluarkan dari inkubator dan dipeluk oleh Ibuku sendiri. "kamu hebat sekali, bisa bertahan hidup sampai sekarang, Miyuki," Katanya sambil menangis. Waktu itu pula, Ibu tahu dari para dokter tentang mataku. " Mata Miyuki, untuk seterusnya, tidak akan bisa membedakan bentuk lagi". Air mata Ibu terus mengalir tidak bisa dihentikan. Dia tidak tahu bagaimana caranya bisa sampai ke rumah.

Akan tetapi, kemudian Ibu berubah pikiran dan bersumpah pada dirinya sendiri, "Aku akan berjuang untuk hidup bersama dengan Miyuki-chan.!"

Waktu aku TK, aku dan Ibu pernah berjalan-jalan ke taman dekat rumah. Sebelum mulai bermain, Ibu menjelaskan, "Di sini ada bangku. Kalau kamu berjalan ke depan sedikit lagi, ada papan iklan. Hati-hati. "
Dia menjelaskan dengan teliti.

Akan tetapi, waktu sedang bermain di sana, aku menabrak papan iklan dan terluka parah, namun ibu sama sekali tidak membantu. Dia pura-pura tidak tahu walaupun aku terluka. "itu gara-gara kamu tidak berhati-hati waktu berjalan,kan? Kalau sakit, lain kali hati-hati waktu bermain!" Hanya itu ucapan Ibu.
Waktu aku jatuh dari tangga di rumah, aku sangat kesakitan dan tidak bisa bergerak. Ibu dari atas bertanya, " Sedang apa kamu di sana?" "Aku jatuh dan tidak bisa bergerak." Ibu hanya mengatakan satu hal, " Salah sendiri." Hanya itu.

Pernah ada kejadian seperti ini, aku sedang bermain ayunan sewaktu tiga orang anak laki-laki datng ke arahku dan berkata, "Eh, lihat, dia buta, lho!" Ibu memburu ke arahku, " Terus, kenapa kalau anak ini buta? Kalian tidak pernah pikir kalau anak ini bekerja jauh lebih keras daripada kalian?" Anak-anak itu terkejut mendengarnya dan langsung meminta maaf, " Maafkan kami , Tante." Anak-anak itu kemudian bermain bersamaku.

Ketika kelas tiga SD, aku mulai belajar menaiki sepeda yang menggunakan roda penolong. Aku semula berpikir Ibu akan menuntunku lebih dulu sebelum mulai latihan, namun Ibu hanya duduk di bangku dan mulai berteriak supaya aku mulai bersepeda. Beberapa kali aku jatuh dari sepeda, darah membanjiri lutut dan sikuku. Ibu tetap diam.

Saat jatuh untuk pertama kali, aku kesulitan mencari sepeda. Akhirnya aku menemukan setangnya dan dengan sekuat tenaga mendirikan sepeda itu lagi. Ibu tetap berteriak-teriak dan aku marah sekali. Ibu jahat sekali, pikirku pada waktu itu. Aku jatuh bangun beberapa kali sampai akhirnya merasakan angin menerpaku. Aku bisa naik sepeda!

Ibu berlari ke arahku " Miyuki Kamu hebat! Kamu bisakan kalau berusaha lebih dulu!" Dia lalu memelukku. Aku lupa kalau sedang marah kepadanya ketika berada dalam pelukannya. Sekarang, aku sudah kelas tiga SMP. Sampai sekarang Ibu masih mengajariku berbagai hal, untuk bersimpati terhadap orang lain, untuk terus berusaha jika ingin melakukan sesuatu, dan untuk bertingkah laku sopan.

Aku sangat mencintai Ibu. Aku mungkin tidak bisa melakukan banyak hal karena buta. Akan tetapi, aku percaya bisa melakukan banyak hal kalau aku berusaha.

Sekarang aku ingin Ibu bisa mengalirkan air mata bahagia. Air mata bahagia yang terus mengalir sampai tidak bisa berhenti. Akan tiba saatnya waktu impianku itu bisa tercapai.

Dan ini riwayat hidup Miyuki Inoue :
1984 Pada tanggal 21 Agustus aku lahir di Kota Kurume, propinsi Fukuoka.
1988 Aku masuk TK Megumi.
1991 Masuk SLB Fukuoka program Sekolah Dasar.
1997 Masuk SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Pertama. Menjadi anggota OSIS waktu kelas satu dan dua SMP.
Memenangkan lomba mengarang antar sekolah dengan judul pidato Air Mata Ibu.
Memenangkan lomba mengarang tingkat propinsi dengan cerpen berjudul Air Mata Ibu.
1998 Memenangkan lomba mengarang tingkat Kyushu dengan cerpen berjudul Air Mata Ibu.
1999 Memenangkan lomba mengarang Nasional Kanpo dengan cerpen berjudul Diriku dalam Genggaman.
Cerpennya yang berjudul Ikatan dimuat dalam antologi cerpen bertema HAM, hak Asasiku.
Memenangkan lomba debat nasional.
2000 Menerima penghargaan pendidikan kebudayaan Fukuoka pada bulan Februari. Masuk SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Atas pada bulan April.
Autobiografi berjudul Aku Terlahir 500 gr dan Buta, diterbitkan pada bulan Juli.
2001 Autobiografi berjudul Aku Bisa Naik Sepeda diterbitkan.
2002 Autobiografi berjudul Usiaku 17 Tahun dan Sehat diterbitkan.
2003 Lulus dari SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Atas pada bulan maret
Masuk SLB Fukuoka program Akademi Keperawatan.
Sekarang sedang mendalami bidang keperawatan dan pemijatan.

"JANGAN MENILAI SESEORANG DARI TAMPILAN LUARNYA."

Bukankah itu adalah habit manusia?

Menilai seseorang dari tampilan luar membuat banyak orang salah
langkah dalam kehidupannya. Banyak testi yang menceritakan terkecoh
dengan penampilan luar, sehingga ditipu dalam bisnis. Penampilan
meyakinkan, dikirain pengusaha beneran, taunya semuanya bohong, dan
sejumlah uang pun dilarikan.

Ditipu saat memilih pasangan hidup, dikirain pemuda kaya raya, gonta
ganti mobil saat ngapel, eh taunya waktu PDKT pinjem mobil yang lagi
dititip di showroom. Sudah terlanjur married ....hanya bisa menangisi
nasib ...

Sebaliknya, kita kehilangan kesempatan diberkati, saat terkecoh dengan
penampilan luar yang biasa-biasa dari seseorang. Saat pengkhotbah yang
akan menyampaikan Firman Tuhan bukanlah seseorang yang terkenal, kita
nggak membuka hati sepenuhnya, padahal dia punya pengalaman hidup yang
luar biasa dengan Tuhan.

Demikian juga bila terpengaruh dengan penampilan luar membuat
kehilangan kesempatan mengambil keputusan yang baik. Dan hampir saja
ini terjadi di Britain's Got Talent episode 11 April 2009 (acara
sejenis dengan America 's Got Talent) yang ditayangkan di Inggris.
Yang membedakan acara ini dengan American Idol, peserta menampilkan
aneka talent, tidak hanya menyanyi, bisa juga dancing, comedy, sulap,
dll, dan tidak ada batasan umur. Yang penting special talent.

SHE's an EXTRAORDINARY SINGER!!!

Maksudnya extraordinary disini bukanlah pujian, tapi cemoohan. Karena
gambaran seorang penyanyi sangatlah jauh dari penampilan luar SUSAN
BOYLE. Teman-teman bisa lihat sendiri, umur yang sudah tua (untuk
memulai karir di musik, 47 tahun). Gendut pula, ... lihat saja dagunya
yang berlipat.. Diperburuk dengan rambut keriting yang jauh dari
gambaran sentuhan hair stylist plus bonus alis yang sangat tebal
bagaikan alis Leonid Brezhnev, mantan Presiden Uni Sovyet. Dan lengkap
sudah gambaran 'ugly' dengan penampilan baju yang sangat out of
fashion. Dan Susan Boyle dengan berani mendaftarkan dirinya sebagai
peserta Britain 's Got Talent. Mungkin mayoritas orang akan berteriak
"gila.... PD banget... udah ngaca belum?.... Tahu diri dikit 'napa
sih??? Bikin capek juri aja"


Dengan kepala tegak Susan melangkah ke stage, dan siap untuk
ditanya-tanya juri. OMG !!... menjawab pertanyaan juri aja nggak
lancar. Simon Cowell (juri yang paling killer) bertanya "Berapa
umurmu?" Jawaban "47 tahun" membuat seluruh penonton yang hadir
bergumam "ooooohh....".

Dan tayangan televisi menunjukkan betapa hampir semua orang di ruangan
itu sinis dan mencibir kepadanya. Termasuk ke 3 juri, yang sepertinya
berniat mendengarkan Susan bernyanyi dengan setengah hati. Everybody
judge Susan by her performance.

SHE HAS A DREAM !!!

Susan menyanyikan "I DREAMED A DREAM" dari Les Miserables.
Begitu intro musik yang bak orkestra mengalun.... Susan mulai membuka mulutnya..
"I dreamed a dream in time gone by
When hope was high and life worth living
I dreamed that love would never die
I dreamed that God would be forgiving
.....
I had a dream my life would be
So different from the hell I'm living
So different now from what it seemed
Now life has killed the dream I dreamed"

Tiba-tiba seisi ruangan terdiam. Terkesima. Terpukau. Tanpa kecuali.
Penonton dan ke 3 juri hanya bisa mengangakan mulutnya. Ternyata
dibalik penampilan luar Susan yang 'buruk' tersimpan vocal yang luar
biasa bening dan indah. Senyuman yang mencibir berganti menjadi mulut
yang terbuka karena terperanjat. Speechless. Oh my God.... oh my
God... it's so beautiful.

Susan menuai standing ovation tidak hanya dari penonton yang tadinya
sinis kepadanya, tapi juga dari ke 3 juri yang sulit untuk ditaklukkan
dengan a so-so talent. Ketika dievaluasi oleh juri, Piers Morgan
berkata bahwa penampilan Susan Boyle adalah kejutan terbesar yang
pernah dialaminya dalam talent show ini.


Amanda Holden, .... sepanjang lagu dinyanyikan hanya bisa mengangkat
tangan dan melongo, dengan jujur berterus terang bahwa dia juga
termausk orang yang sinis terhadap kemampuan Susan. Dan kini Amanda
berkata "it's a complete privilege" dapat menyaksikan Susan bernyanyi
di acara talent show ini.


Simon Cowell yang sangat jarang memuji (teman-teman pasti sudah
familiar dengan komentar-komentar pedasnya di American Idol) mengakui
bahwa ucapannya di awal sebelum Susan menyanyi adalah benar. Susan
memang extraordinary. Susan sungguh luarbiasa. Tapi bukan luarbiasa
buruknya, melainkan luar biasa baiknya. Hmmm... pinter ngeles juga yah
si Simon..

And Susan got 3 biggest YES !!! from all the judges. Dan dapat
melanjutkan perjuangannya ke babak berikutnya.
SHE GOT BIG HIT ON YOUTUBE !!!


Ketika menyaksikan klip Susan di YouTube, sepanjang lagu bulu kuduk
saya berdiri, dan di ujung lagunya, saya lupa kalau saya sedang berada
di depan laptop, ... saya bertepuk tangan untuk Susan, dan saya juga
mau standing ovation untuknya. Sungguh loh... menyaksikan Susan
bernyanyi dari awal sampai akhir membuat hati saya berdebar dan
berkobar. God... she's really amazing.

Pasti ada sesuatu yang istimewa tentang Susan, menghasilkan penampilan
yang sangat spektakuler dan membuat orang lupa akan penampilan
luarnya yang sangatlah tidak istimewa. Bahkan seorang Demi Moore pun
menangis melihatnya di YouTube. Seminggu sebelum penampilannya, Susan
hanya seorang yang tidak terkenal dan tidak punya pekerjaan, tinggal
sendirian di pedesaan kecil di Scotland, ditemani kucingnya Pebbles.
Dan sekarang? Bak seorang superstar yang sanggup membuat Demi Moore
sampai berkata bahwa ia adalah salah seorang fans terbesar Susan.

Ingin tahu fenomena yang lebih dahsyat lagi? Kecanggihan teknologi
membuat klip Susan disaksikan orang sejagad raya. 48 jam setelah
penampilannya, sudah 4 juta orang yang menyaksikannya di YouTube. Dan
ketika saya melihatnya, saya tercatat sebagai orang yang mendekati
angka ke 18 juta yang menyaksikannya. Dan sekarang dikatakan sudah
hampir 100 juta orang menontonnya di YouTube. Bandingkan dengan 18
juta orang yang menonton victory speech Obama di hari inaugurasinya.
Bukankah ini sangat fenomenal? Semua orang dengan rajin menshare video
ini ke teman-teman mereka di jejaring dunia maya. Dan lihatlah di
bagian comment mereka, betapa banyak orang yang beroleh pengharapan
lewat penampilan Susan.

Impossible is nothing.
Saya merenungkan kembali. Mungkin banyak orang bisa bernyanyi lebih
baik dari Susan (saya amati di bagian akhir, suaranya agak goyang,
kurang perfect), lebih muda, lebih menarik, tapi belum tentu
menghasilkan fenomena seperti Susan. Dalam Tuhan kita mengenal 'apa
yang kamu tabur itu yang kamu tuai'. Saya berpikir keras, apa yang
Susan tabur dalam hidupnya sehingga dia menuai hasil yang sangat
luarbiasa dalam hidupnya ? God.... saya harus tulis sesuatu tentang
Susan. Dan saya pun menggoogle semua informasi tentang Susan.

Tampilan di layar TV saat ia menyanyi adalah: "SUSAN BOYLE" unemployed, 47 years
Itu kalau kita menjudge buku dari sampul luarnya. Tapi bila kita
membacanya dulu, baru memberikan penilaian?

INI YANG SAYA BACA DARI "BUKU KEHIDUPAN" SUSAN.
* Susan adalah seorang pengangguran, dan berumur tidak muda lagi. Dia
adalah seorang churchgoer yang taat, dan melayani sebagai volunteer di
gerejanya. Banyak orang yang melihat dia sebagai pengangguran, tapi
saya percaya seorang yang bekerja sukarela melayani Tuhan di rumah
Tuhan, di mata Tuhan bukanlah seorang pengangguran. Dan Tuhan berjanji
tidak pernah menahan upah dari orang yang layak menerimanya.
"Mereka akan menjadi milik kesayanganKu sendiri, firman Tuhan semesta
alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama
seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia." (Maleakhi
3:17)

Dari dulu Susan bermimpi menjadi seorang penyanyi profesional, tetapi
ia tidak dapat mewujudkannya. Terjadi penundaan. Kenapa? Karena ia
mendedikasikan hidupnya untuk merawat ibunya yang sudah tua. Sehingga
ia hanya bisa membatasi penampilan menyanyinya hanya di gereja sebagai
anggota choir, dan di karaoke. Padahal menurut saya itu budaya yang
tidak lazim di dunia Barat yang sangat individual, yang biasa mengirim
orang tua mereka yang sudah lanjut usia ke panti jompo. Saya percaya
Susan mengebelakangkan keinginannya menjadi penyanyi profesional yang
didambakannya karena mengasihi dan ingin berbakti kepada orang
tuanya.. Firman Tuhan berkata, "Tetapi jika ada seorang yang tidak
memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu
lebih buruk dari orang yang tidak beriman." (1 Timotius 5:8)

Susan mengikuti talent show ini karena ingin memenuhi pesan & harapan
ibunya yang meninggal 2 tahun yang lalu. Ibunya, Bridget, ingin Susan
melakukan sesuatu dalam hidupnya. Susan memenuhi pesan ibunya karena
ia menghormatinya. "Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu
di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12)

Tuhan tidak pernah berhutang kepada orang yang melakukan kebenaran
firmanNya. Dan itu terbukti kan ? Susan sendiri tidak pernah menyesal
dengan apa yang dilakukannya sebelumnya dalam hidupnya, walaupun ia
mengalami penundaan puluhan tahun. Susan percaya bahwa umurnya yang
sudah matang dan pengalaman hidupnya adalah assetnya yang terbesar.
Semua yang sudah dia lalui dalam hidupnya memberikan iman dalam
kemampuannya. Dan ia berkata “I think I am ready for it.”

Saat ia ready, dan bernyanyi di Britain 's Got Talent, sebenarnya
Susan sedang MENYANYIKAN KEHIDUPANNYA. "I dreamed a dream" adalah
nyanyian tentang mimpi-mimpinya yang tertunda dan harapan-harapannya.
. Itu yang menyebabkan penampilannya saat itu berbeda dari yang lain.
Memukau semua orang dalam ruangan itu, dan memukau setiap orang yang
menyaksikan videonya, termasuk saya.

You see.... apa yang Susan tabur itu yang Susan tuai. Di balik
kemuliaan besar yang dia terima sekarang pasti ada penderitaan besar
sebelumnya. (Sanggupkah teman-teman membayangkan seseorang yang
unknown before mendadak 5x lebih populer dibanding Presiden Obama di
YouTube dalam tempo seketika? Dan kelipatan ini kemungkinan akan
semakin bertambah.)

Seperti yang Susan katakan, apa yang dia alami dalam hidupnya, segala
penderitaan dan penundaan membuat imannya semakin bertambah. Dan Tuhan
yang besar memang sanggup mewujudkan mimpinya,yang bagi orang lain
adalah impossible. Terbiasa dicemooh sejak masa kecil, (bahkan sampai
menjelang menyanyi I Dreamed A Dream di pentas Britain's Got Talent
dia masih mengalaminya) , tidak mengurungkan niatnya untuk mewujudkan
mimpinya.

Bahkan baru-baru ini terungkap, 2 bulan yang lalu, bulan February
2009, Susan ditolak oleh pimpinan choir Cantilena Choir di Livingston,
saat ia ingin bergabung. Saat ini sang pemimpin choir hanya bisa
berkata, "It was a shock when I saw her on the television.
HE HAS MADE EVERYTHING BEAUTIFUL IN HIS TIME


Semuanya memang indah pada waktuNya. Kalau Susan diterima di choir
tersebut, mungkin Susan tidak akan pernah menjadi fenomena yang
menginspirasi banyak orang. Dua bulan lalu mungkin Susan masih
bersedih karena penolakan itu, tetapi sekarang hidupnya bak selebriti.
Rumahnya tidak pernah sepi dari fans dan media televisi yang seperti
berlomba untuk mewawancarainya.

When the time comes, tidak ada satupun yang bisa menghalanginya.
Banyak orang termasuk saya yang dikuatkan melalui kesaksian ini. Dan
pengenalan saya akan Tuhan juga semakin bertambah melalui kejadian
yang tidak biasa ini. Besar harapan saya, teman-teman yang sedang
mengalami penundaan, yang sedang merasa mimpinya tidak bisa diwujudkan
lagi, kembali bangkit dan berharap lagi.

Bukalah halaman ini dari google search: http://www.youtube.com/watch?v=deRF9oEbRso

KESOMBONGAN

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan.
Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja;
mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras.
Keringatnya bercucuran deras.

Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya,"Apa yang sedang guru lakukan?"

Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat.

Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.

Mereka pun tampak puas sekali.

Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat.

Kesombongan saya mulai bermunculan.
Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari.

Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi.

Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan.
Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan.
Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula
kita mendeteksinya.

Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan.

Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence) .

Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan.

Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan
kesadaran sejati di lain kutub.

Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa.

Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup.

Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego.

Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka).

Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati.

Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua
perubahan paradigma yang perlu kita lakukan.

Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual.

Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan
( ingat! ) kita pun akan mati dengan tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam
kesetaraan universal.

Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya.

Yang kini kita lihat adalah "tampak dalam".

Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita
lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri.

Kita memberikan sesuatu kpd orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi.

Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah.
Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain.

Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam.

Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain,
kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri.

Dan setiap kita berbuat kejahatan
maka kita akan menuai hasilnya ...


Kalau begitu,
apa yang akan kita sombongkan ?

Bukankah seharusnya kita duduk dalam ruang syukur ?

THE PASSION OF JIM CAVIEZEL

Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film "The Passion Of Jesus Christ". Berikut refleksi atas perannya di film itu.
JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL " THE THIN RED LINE". ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.
Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.
"Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.
Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, "Hallo ini, Mel". Kata suara dari telpon tersebut. "Mel siapa?", Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.
Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.
Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.
Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.
Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. "Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?" Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di "Thin Red Line". Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!
Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.
Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.
Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.
Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.
Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.
Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.
Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.
Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.
Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.
Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.
Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.
Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.
Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.
Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak "dia sadar! dia sadar!" (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).
"Apa yang telah terjadi?" Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.
Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, "Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan"? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.
Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.
Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.
Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.
Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.

"TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA"

Adakah yang Akan Mendoakan Kita?


Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, 'Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!

'Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . ' kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, 'Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit'.

Dengan lembut si Malaikat berkata, 'Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu' .

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka'.

Kata Malaikat, 'Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu'

Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, ' Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri.'
Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat'.

Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik.
Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini,penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !

Dengan setengah bergumam dia bertanya,'Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?'

Jawab si Malaikat, ' Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah'. Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,'Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu !! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00'.

Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan.
'Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. '

'Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. '

Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain. Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi. Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain... Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.

Terima kasih

Karena pahlawan sejati, bukan dilihat dari kekuatan phisiknya,tapi dari kekuatan hatinya. Katakan ini dengan pelan, 'Ya TUHAN saya mencintai-MU dan membutuhkan- MU, datang dan terangilah hati kami sekarang...! !!'.

Kirim ke 10 orang, lihat keajaiban malam ini. Sesuangguhnya tidak ada sedikitpun kerugian dalam setiap kebaikan....